 |
| Ferry berdiri di tengah puing-puing banjir bandang sebagai bukti nyata kerusakan yang terjadi |
Sidiknewss.com - Sumatra dan Aceh kembali diguncang bencana besar berupa banjir bandang dan tanah longsor sejak akhir November. Ribuan warga terpaksa mengungsi, ratusan rumah rusak berat, sementara sejumlah wilayah masih terisolasi akibat akses jalan yang tertutup material longsor.
Di tengah situasi itu, influencer Ferry Irwandi menjadi salah satu figur publik yang bergerak cepat menggalang bantuan. Melalui kampanye donasi yang dibukanya secara daring, dana yang terkumpul dilaporkan mencapai lebih dari Rp10 miliar. Bantuan tersebut kemudian disalurkan dalam bentuk logistik seperti sembako, air bersih, obat-obatan, perlengkapan bayi, hingga kebutuhan darurat lainnya.
Saat turun langsung ke beberapa titik terdampak, termasuk Aceh Tamiang dan daerah yang sulit dijangkau, Ferry menyebut sebagian besar korban masih mengalami kekurangan kebutuhan dasar. Banyak warga mengaku kelaparan, minim suplai air bersih, serta akses listrik yang terputus. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya BBM serta sulitnya distribusi bantuan akibat akses jalan yang rusak berat.
Ferry Irwandi mengakui bahwa nominal donasi yang sudah terkumpul masih jauh dari mencukupi kebutuhan keseluruhan. Skala bencana yang melanda beberapa provinsi di Sumatra membuat jumlah bantuan yang diperlukan jauh lebih besar daripada yang bisa dipenuhi oleh satu gerakan penggalangan dana. Ia juga menegaskan perlunya dukungan tambahan dari berbagai pihak agar bantuan bisa menjangkau seluruh wilayah terdampak.
Di sisi lain, pemerintah pusat dan daerah terus meningkatkan upaya penanganan bencana. Aparat TNI dan Polri dilibatkan untuk membuka akses ke wilayah yang terisolasi serta mengawal distribusi logistik. Sejumlah pihak juga memuji gerakan solidaritas yang muncul dari masyarakat dan para relawan, termasuk kontribusi Ferry Irwandi yang membantu mempercepat penyaluran bantuan awal.
Meski gelombang bantuan mulai berdatangan dari berbagai penjuru, fakta di lapangan menunjukkan kebutuhan korban masih sangat besar. Ribuan keluarga masih bertahan di lokasi pengungsian tanpa kepastian kapan kehidupan mereka dapat kembali stabil. Situasi ini mendorong seruan agar pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat terus memperkuat kolaborasi untuk memastikan semua korban mendapatkan bantuan yang layak.
